Daily Archives: Mei 13, 2019

Misteri Mbah Sholeh, Tukang Sapu Masjid Sunan Ampel Yang Meninggal 9 Kali

Masjid Ampel mempunyai cerita tersendiri dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Masjid peninggalan Sunan Ampel yang terletak di Surabaya ini menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam dan merupakan salah satu Masjid tertua di Indonesia.

Banyak cerita unik di seputar masjib Ampel ini, Mbah Bolong yang bisa melihat ka’bah hanya melalui lubang yang dia buat di pemgimaman masjid tersebut. Dan salah satu yang paling terkenal adalah cerita Mbah Sholeh, tukang sapu masjid yang meninggal 9 kali. 9 makam yang terletak di samping Masjid Ampel pun kesemuanya merupakan makam Mbah Sholeh.

Dilansir dari hello-pet.com, Mbah soleh ini dulunya adalah seorang santri Sunan Ampel yang paling rajin. Sifat rajinnya ini ditunjukkan dengan selalu membersihkan masjid setiap waktu. Mbah Sholeh memang sangat terkenal sebagai sosok yang biasa menjaga kebersihan. Hal itu banyak diakui teman sesama santri dan juga Sunan Ampel, gurunya sendiri. Bisa dikatakan Mbah Sholeh ini adalah tukang sapu masjid Ampel ini.

Hingga akhirnya Mbah Sholeh meninggal dan kemudian beliau dimakamkan di samping masjid. Setelah meninggalnya Mbah Sholeh, masjid jadi kurang terurus dan agak kotor, karena tidak ada sosok santri yang bisa serajin Mbah Sholeh. Sampai pada suatu malam Sunan Ampel teringat kepada sosok Mbah Sholeh

“Kalau Mbah Sholeh masih ada, masjid pasti bersih,”

Tiba tiba tidak lama muncul sosok serupa Mbah Sholeh dan menjalankan rutinitas yang tiap hari dilakukan Mbah Sholeh. Dan masjid milik Sunan Ampel kembali terawat dan bersih. Tapi tidak lama sosok serupa Mbah Sholeh ini meninggal dan dimakamkan di samping Mbah Sholeh sebelumnya. Dan terulang lagi dan lagi hingga sembilan kali.

Peristiwa tersebut terulang hingga sembilan kali. Menurut cerita, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel wafat. Setiap meninggal, Mbah Sholeh selalu dimakamkan di samping makam yang sebelumnya. Karena meninggal hingga 9 kali, maka makamnya yang ada di samping Masjid Ampel pun ada 9. Sumber https://www.kompasiana.com/yokowidito/55c2242961afbd5309c9cbf7/misteri-mbah-sholeh-tukang-sapu-masjid-sunan-ampel-yang-meninggal-9-kali

Kisah Karomah Kiai Shaleh Darat yang Diperlihatkan kepada Belanda

Muhammad Shaleh ibn Umar Al-Samarani atau Kiai Shaleh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada sekitar tahun 1820/1235 H.

Dalam kitab-kitab yang ditulisnya, dia acap menggunakan nama Syeikh Haji Muhammad Shalih ibn Umar Al-Samarani.

Pemberian nama Darat diselempangkan ke pundak beliau karena tinggal di kawasan dekat pantai utara Semarang, yakni tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa.

Kini, nama Darat tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat Tirto. Saat ini kampung Darat masuk dalam wilayah Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara.

KH. Shaleh Darat merupakan sosok ulama yang memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Pantai Utara jawa Khususnnya di Semarang.

Ayahnya yaitu KH Umar, adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa.

Setelah mendapat bekal ilmu agama dari ayahnya, Shaleh kecil mulai mengembara, belajar dari satu ulama ke ulama lain. Tercatat KH Syahid Waturaja (belajar kitab fiqih, seperti Fath al-Qarib, Fath Al Mu’in, Minhaj al-Qawim, dan Syarb al-Khatib).

Kiai Shaleh Darat menimba ilmu di pesantren-pesantren pada zamannya, ia banyak berjumpa dengan kiai-kiai mashur yang dikenal memiliki kedalaman serta keluasan ilmu batin, dan kemudian menjadi gurunya.

Di antara nama kondang tersebut salah satunya adalah KH M Sahid yang merupakan cucu dari Syaikh Ahmad Mutamakkin, seorang ulama asal Desa Kajen, Margoyoso, Pati Jawa Tengah yang hidup di zaman Mataram Kartosuro pada sekitar abad ke-18.

Dari Syaikhnya itulah, ia belajar beberapa kitab fiqh, seperti Fath al-Qarib, Fath al-Mu’in, Minhaj al-Qawim dan, Syarh al-Khatib. Terdapat catatan bahwa, karena kitab-kitab tersebut bukanlah kelas” pengantar, maka mempelajarinya tak pelak membutuhkan waktu relatif lama.

Safari perjalanan keilmuannya berlanjut kepada Kiai Raden Haji Muhammad Salih ibn Asnawi, di Kudus. Dari padanya beliau mengkaji Kitab Al-Jalalain al-Suyuti.

Di Semarang beliau mendalami nahwu dan sharaf dari Kiai Iskak Damaran, kemudian belajar ilmu falak dari Kiai Abu Abdillah Muhammad al-Hadi ibn Baquni.

Berlanjut kepada Ahmad Bafaqih Balawi demi mengkritisi kajian Jauharah at-Tauhid buah karya Syaikh Ibrahim al-Laqani dan Minhaj al-Abidin karya Al-Ghazali.

Masih di kota lumpia, Semarang, Kitab Masa’il as-Sittin karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri, sebuah depiksi tentang ajaran dasar Islam populer di Jawa sekitar abad ke-19 dicernanya dengan tuntas dari Syaikh Abdul al-Ghani.

Tak pernah puas, haus ilmu, itulah sifat setiap ulama. Demikian pula beliau, nyantri kepada Kiai Syada’ dan Kiai Murtadla pun dijalaninya yang kemudian menjadikannya sebagai menantu.

Setelah menikah, Shaleh Darat merantau ke Makkah, di tanah haram, dia berguru kepada ulama-ulama besar, antara lain Syekh Muhammad al-Muqri, Syekh Muhammad ibn Sulaiman Hasbullah al-Makki, Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Nahrawi.

Kemudian Sayyid Muhammad Salen ibn Sayyid Abdur Rahman az-Zawawi, Syekh Zahid, Syekh Umar asy-Syami, Syekh Yusuf al-Mishri dan lain-lain.

Karena kecerdasan, kealiman dan keluasan ilmu serta kemampuannya, akhirnya Mbah Shaleh mendapat ijazah dari beberapa gurunya untuk mengajar di Mekkah.

Selama di Mekah ini beliau didatangi banyak murid, terutama dari kawasan Melayu-Indonesia. Beberapa tahun kemudian Mbah Shaleh kembali ke Semarang karena ingin berkhidmat kepada tanah airnya.

Beliau kemudian mendirikan pesantren di kawasan Darat, Semarang dan karenanya beliau dikenal sebagai Kyai Shaleh Darat.

Kepada murid-muridnya, Mbah Shaleh Darat selalu menganjurkan agar mereka giat menuntut ilmu.

Menurut beliau inti alquran adalah dorongan kepada umat manusia untuk menggunakan seluruh potensi akal-budi dan hatinya guna memenuhi tuntutan kehidupan dunia dan akhirat. Beberapa santri seangkatannya, antara lain KH. Muhamad Nawawi Banten (Syaikh Nawawi Aljawi) dan KH Cholil Bangkalan.

Sepulang dari Makkah, Muhammad Shaleh mengajar di Pondok Pesantren Darat milik mertuanya KH Murtadlo.

Semenjak kedatangannya, pesantren itu berkembang pesat.
Di pesantren inilah lahir ulama-ulama seperti, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari sang pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Haji Mahfuz Termas yang pakar hadis dan pendiri Pesantren Termas Pacitan.

Kemudian Kiai Haji Ahmad Dahlan sang pendiri organisasi Muhammadiyah, Kiai Haji Idris pendiri Pesantren Jamsaren Solo dan Kyai Haji Sya’ban sang ahli ilmu falak yang tersohor, Kiai Haji Bisri Syamsuri, Kiai Haji Dalhar.

Salah satu muridnya yang terkenal tetapi bukan dari kalangan ulama adalah Raden Ajeng Kartini. Karena RA Kartini inilah Mbah Shaleh Darat menjadi pelopor penerjemahan Alquran ke Bahasa Jawa.

Menurut catatan cucu Kiai Shaleh Darat, RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Alquran.

Kemudian ketika berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Shaleh Darat.

Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah. RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Shaleh Darat. Dalam sebuah pertemuan RA Kartini meminta agar Alquran diterjemahkan karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya.

Tetapi pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Alquran. Mbah Shaleh Darat melanggar larangan ini.

Beliau menerjemahkan Alquran dengan ditulis dalam huruf arab gundul (pegon) sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Alquran ini diberi nama Kitab Faid Ar-Rahman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab.

Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada R.A. Kartini pada saat dia menikah dengan R.M. Joyodiningrat, seroang Bupati Rembang.

Sebagai Wali Allah Mbah Shaleh Darat juga dikenal memiliki karamah. Makamnya pun menjadi tujuan ziarah banyak orang. Salah seorang wali terkenal yang suka mengunjungi makamnya adalah Gus Miek (Hamim Jazuli).

Meski meninggal di bulan Ramadhan, Haul Mbah Shaleh Darat diperingati setiap tanggal 10 Syawal di makamnya, yakni di kompleks pemakaman Bergota, Semarang.

Dikisahkan bahwa suatu ketika Mbah Shaleh Darat sedang berjalan kaki menuju Semarang. Kemudian lewatlah tentara Belanda berkendara mobil.

Begitu mobil mereka menyalip Mbah Shaleh, tiba-tiba mogok. Mobil itu baru bisa berjalan lagi setelah tentara Belanda memberi tumpangan kepada Mbah Shaleh Darat.

Di lain waktu, karena mengetahui pengaruh Mbah Shaleh Darat yang besar, pemerintah Belanda mencoba menyogok Mbah Shaleh Darat.

Maka diutuslah seseorang untuk menghadiahkann banyak uang kepada Mbah Shaleh, dengan harapan Mbah Shaleh Darat mau berkompromi dengan penjajah Belanda.

Mengetahui hal ini Mbah Shaleh Darat marah, dan tiba-tiba dia mengubah bongkahan batu menjadi emas di hadapan utusan Belanda itu.

Namun kemudian Mbah Shaleh Darat menyesal telah memperlihatkan karomahnya di depan orang. Beliau dikabarkan banyak menangis jika mengingat kejadian ini hingga akhir hayatnya.

Kiai Shaleh Darat wafat di Semarang pada hari Jumat Wage tanggal 28 Ramadan 1321 H atau 18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum ‘Bergota’ Semarang. dalam usia 83 tahun. Sumber https://daerah.sindonews.com/read/1119737/29/kisah-karomah-kiai-shaleh-darat-yang-diperlihatkan-kepada-belanda-1466879711

KISAH HARU MBAH YAI SYAFA’AT DENGAN KYAI HAMID PASURUAN

Pernah suatu ketika saat saya berbincang-bincang dengan salah satu wali santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi warga asrama Al-Hikmah. Santri itu bernama kang Ilman. Saat itu tanpa sengaja karena terdapat sebuah masalah akhirnya kita berbincang-bincang panjang.

Tidak tahu bagaiman ceritanya wali santri tersebut berceritia banyak tentang pengalamannya saat mondok. Wali santri itu bukan Alumni Blokagung. Saya sudah lupa nama pondoknya, tapi sejauh yang saya ingat ia berkata pernah nyantri di pesantren Jakarta.

Dia bercerita banyak sekali tentang uswah-uswah para kiai dalam memberikan percontohan kepada para santri dan masyarakatnya. Terngiang-ngiang saat itu dia berkata kepada saya, “mungkin ini bisa dijadikan sedikit cerita hikmah yang bisa diambil manfaatnya, mas!.” Saya senang sekali mendengar hal itu. Karena saya merasa mendapat mutiara ilmu yang tiba-tiba datang sendiri kepada saya.

Setelah cukup lama wali santri asal jember itu bercerita tentang sosok kyai yang ia kenal di pondoknya, barulah kemudina ia bercerita tentang kisah KH. Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan. Saya keget saat dia berkata ada cerita tentang kiai yang sangat tidak asing lagi bagi saya, yakni KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur. Menarik sekali. Apalagi ada hubungannya dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal dengan kealiman, kezuhudan dan kewaliannya. Masya Allah. Saya benar-benar tidak sabar menunggu bagaimana ceritanya.

Bapak dari kang Ilman Santri Blokagung itu, menceritakan tentang Ketawadhu’an KH. Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur kepada KH. Abdul Hamid Pasuruan. Sempat bingung sih, kenapa dia bisa punya cerita Kyai Mukhtar Syafa’at dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan? Tapi ternyata hal itu pun sedikit terjawab karena ternyata istrinya adalah santri dari KH. Abdul Hamid Pasuruan. Pantas saja dia punya cerita itu.

Begini Ceritanya:

Suatu hari ada sebuah halaqoh/perkumpulan yang mengundang kyai-kyi besar di Pasuruan. Termasuk yang hadir dalam perkumpulan itu adalah KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi dan KH. Abdul Hamid pasuruan.

Di tempat halaqoh tersebut, setelah banyak orang yang datang dan berkumpul, tibalah sosok kiai karismatik dari Pasuruan yang karib di panggil Kyai Hamid itu, langsung disambut dengan hormat oleh tuan rumah. Selang beberapa saat kemudian setelah Kiai Hamid menunggu di dalam, barulah menyusul sosok Kyai Blokagung yang oleh masyarakat dan santrinya karib dipanggil Mbah Yai, yakni KH. Muktar Syafa’at Abdul Ghofur.

Kedatangan Mbah Yai disambut sama dengan tamu-yang lain. Namun, ada satu tindakan yang tidak sama dilakukan oleh tamu-tamu yang lainnya, saat Mbah Yai ingin masuk dalam halaqoh tersebut, pandangannya tertuju pada sepasang sandal yang berada di antara ratusan sandal-sandal. Sepasang sandal itu terlihat menghadap lurus dengan tempat halaqoh yang berada di dalam. Mbah Yai tiba-tiba langsung mengambil sepasang sandal itu dan kemudian membaliknya dengan tujuan agar orang yang punya sandal tersebut bisa dengan mudah menggunakannya saat keluar. Dan Masya Allah, dari puluhan bahkan mungkin ratusan sandal yang ada disitu, ternyata yang diambil oleh Mbah Yai adalah sandal milik KH. Abdul Hamid Pasuruan.

***
“Kok mbah yai bisa taahu..! Padahal Mbah Yai datang sudah terlambat. Dan sandalnya Kyai Hamid sudah sangat sulit untuk ditentukan karena sudah bercampur dengan ratusan sandal yang lainnya. Secara nalar ndak mungkin bisa tahu ini sandal siapa. Kecuali mereka yang setiap hari bertemu langsung dan paham dengan sandal Kiai Hamid. Dan lagi Mbah Yai datangnya juga terlambat,” itulah kurang lebih bahasa yang disampaikan wali santri kepada saya seraya meyakinkan ketidak masuk akalan kejadian itu.

“Inilah kehebatan Mbah Yai, la ya’riful waali illal waali, tidak ada seseorang yang tahu kewalian seseorang, kecuali seorang wali,” tandasnya mantap.

***
Namun belum di sini kejadian tidak masuk akal itu terhenti. Tapi, di sinilah kejadian yang lebih menakjubkan lagi yang sangat tidak masuk akal. Saat kedua sandal Kiai Hamid selesai diputar berbalik arah oleh Mbah Yai, tiba-tiba sepasang sandal itu bergerak memutar kembali dengan sendirinya Ke arah semula. Masya Allah. Melihat kejadian itu, Mbah Yai dengan cepat memutar sepasang sandal Kiai Hamid ke arah berlawanan dengan membaliknya kembali dengan tujuan yang sama. Namun, kejadian serupa terjadi lagi, yakni sandal Kiai Hamid yang sudah di balik oleh Mbah Yai kembali berputar seperti semula. Dan hal itu terulang sampai 3 kali. Terakhir saat Mbah Yai ingin membalik untuk yang keempat kalinya, tiba-tiba keluar dengan bergegas dari dalam majlis sosok berwibawa yang sekarang dikenal waliyullah yakni KH. Abdul Hamid. Tidak ada yang memberi tahu apa yang dilakukan Mbah Yai di luar saat itu kepada Kiai Hamid, karena Beliau sudah ada di dalam bersama para tamu yang lain. Tapi, Kyai Hamid tiba-tiba datang dan langsung mencegah Mbah Yai yang ingin membalikkan sandalnya seraya memegangi ke dua pundak Mbah Yai dan memeluknya sambil berkata “ampon ngooooten kyai…ampon ngoooooten kyai” seakan Kiai Hamid merasa malu menerima perlakuan Mbah Yai kepadanya. Dan selanjutnya Kyai Hamid sendirilah yang mengantarkan Mbah yai masuk ke dalam majlis itu.

SUBHANALLAH. Inilah uswatun hasanah ketadziman dan ketawadhu’an Mbah Yai kepada sosok alim yang dikenal waliyyullah itu, yakni KH. Abdul Hamid Pasuruan. Dengan kewalian dan segudang ilmunya, Mbah Yai masih tetap mengutamakan akhlaq kepada orang alim. Namun di sisi lain, saat melihat kejadian sandal yang tiba-tiba bergerak berbalik seperti semula, seakan sosok Kiai Hamid pun tidak merasa pantas untuk diperlakukan seperti itu oleh sosok kiai dari Banyuwangi yang sekarang dikenal dengan laqob Imam Ghozalinya Tanah Jawa, itu. Terbukti saat Mbah Yai ingin membalikkan sandal Kyai Hamid untuk yang ke 4 kalinya, dengan bergegas Kiai Hamid mencegah sendiri Mbah Yai dengan memegang pundaknya dan merangkulnya sambil berucap “ampon ngooooten kyai…ampon ngoooten kyai (jangan seperti itu kyai….jangan seperti itu kyai)” sampai dua kali, kemudian mengantarkannya masuk ke dalam halaqoh tersebut.

Masya Allah, indah sekali kejadian itu. Mudah-mudahan kita semua selalu mendapatkan limpahan berkah dari ke dua Waliyyullah tersebut KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi. Amin. Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin. Al-Fatihah! Sumber http://blokagung.net/10030/kisah-haru-mbah-yai-syafaat-dengan-kyai-hamid-pasuruan/

(Kisah ini diambil dari catatan Asngadi Rofiq)

Multaqo Ulama Ajak Umat Jaga Stabilitas Keamanan Negara Usai Pemilu 2019

JAKARTA – Ribuan Kiai, Habaib, dan Cendekiawan Muslim menghadiri Multaqo Ulama di Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto, Setia Budi, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2019) malam. Dalam rekomendasinya, Multaqo Ulama mengajak umat Islam untuk menjaga stabilitas keamanan dan menghindari aksi-aksi inskontitusional pasca Pemilu 2019.

Dai kondang, KH Manarul Hidayat yang membacakan rekomendasi mengatakan, stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Ketika keimanan lenyap, keamanan akan tergoncang. “Karena itu, umat Islam berkewajiban ikut terus aktif dan proaktif menjaga keamanan negara,” kata Kiai Manarul.

Semenatara itu, Jubir Multaqo Ustaz M Najih Arromadloni mengatakan, para ulama, habaib, dan cendekiawan muslim perlu terus menjadi garda terdepan dalam membangun baldatun tayyibatun wa rabun ghafur. Jika dikaitkan dengan permasalahan pemilu, ulil amrinya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), Bawaslu, dan Mahkamah Kontitusi (MK).

Menurutnya, seluruh umat Islam wajib taat kepada keputusan KPU, Bawaslu dan MK jika menyangkut masalah hasil pemilu. Karena mereka adalah lembaga negara yang diberi wewenang berdasarkan UU untuk menyelenggrakan pemilu dan mengumumkan hasilnya.

Untuk itu, sebaiknya umat Islam menghindari tindakan yang mengarah kepada bughat. “Ketaatan di sini bisa bermakna teguh menempuh jalur konstitusional. Prinsip ketaatan ini untuk menjaga kelangsungan sistem sosial agar tidak terjadi anarki,” ucapnya.

Pascapemilu dan menyambut bulan suci Ramadhan, Najih menyampaikan beberapa poin penting dari Multaqo Alim Ulama hari ini. Multaqo Alim Ulama mengimbau kepada umat Islam untuk bersama-sama mewujudkan stabilitas keamanan, perdamaian, dan situasi yang kondusif, dengan mengedepankan persamaan sebagai ummat manusia yang saling bersaudara satu sama lain, daripada menonjolkan perbedaan yang bersifat kontra produktif.

“Sehingga, kita selama dan sesudah Ramadhan akan mampu menjalankan ibadah dengan kualitas yang lebih baik, disertai keberkahan dari Allah SWT,” bebernya.

Selain itu, mengajak seluruh ummat islam di Indonesia untuk menghindari dan menangkal aksi-aksi provokasi. Selain itu, multaqo juga mengajak seluruh ummat Islam di Indonesia untuk tidak terpancing dalam melakukan aksi-aksi inkonstitusional. “Hal tersebut akan sangat mengganggu berlangsungnya ibadah di bulan suci Ramadhan, bahkan dapat menghilangkan pahala berpuasa di bulan Ramadhan yang dilipatgandakan oleh Allah SWT,” pungkasnya.

Multaqo ini diinisiasi dan dihadiri oleh ulama sepuh KH Maimoen Zubair dan Habib Lutfi bin Yahya yang dihadiri 1.500 orang peserta dari para ulama sepuh, berbagai ormas, para habaib, para cendekiawan muslim. Hadir juga sejumlah tokoh ulama di antaranya Ketua PBNU Prof Dr Said Aqil Siraj, TGB Turmudi Badarudin, dan KH Anwar Iskandar. Disertai juga diskusi panel dari para cendekiawan muslim seperti Prof Dr Nasaruddin Umar, Prof Maskuri Abdulillah, KH Masdar F Mas’udi, dan Habib Salim Jindan, yang dimoderatori Najib Burhani. Sumber https://nasional.sindonews.com/read/1401210/12/multaqo-ulama-ajak-umat-jaga-stabilitas-keamanan-negara-usai-pemilu-2019-1556892533

Gandeng PBNU, KPK Gelar Pesantren Kader Penggerak NU Antikorupsi

JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-PBNU) menyelenggarakan Pesantren Kader Penggerak NU Antikorupsi.

Kegiatan dibuka oleh Penasihat KPK, Budi Santoso dan Ustadz Idris Masudi (Lakpesdam-PBNU). Kegiatan berlangsung selama 3 hari penuh, 24 – 26 April 2019 pukul 09.00 – 17.00 WIB bertempat di Auditorium Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jl. HR Rasuna Said Kav C1, Jakarta Selatan.

Kegiatan diikuti oleh 50 orang Dai dari total 214 pendaftar. Ke-50 orang Dai tersebut berasal dari wilayah Jabodetabek, berusia rentang 18 – 35 tahun. Sebelumnya, peserta harus melalui proses pendaftaran dan seleksi. Peserta juga diwajibkan membuat esay tentang antikorupsi

“Kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang antikorupsi. KPK memandang peran Da’i sebagai tokoh agama dan panutan masyarakat khususnya umat muslim sangat penting,” ujar juru bicara KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/4/2019).

Melalui kegiatan dakwah ini, kata Febri, para Dai diharapkan dapat menyisipkan konten dan pesan-pesan antikorupsi yang akan mendorong peningkatan kesadaran dan pemahaman antikorupsi di masyarakat.

Febri juga menjelaskan, selama 3 hari peserta dibekali materi dari para narasumber terkait korupsi dan modus operandi, membangun integritas kader NU, strategi pencegahan korupsi, community development dan advokasi dalam dakwah Islamiah, serta partisipasi publik

“Selain itu, peserta juga akan didampingi menyusun rencana aksi yang akan diimplementasi pasca mengikuti pesantren kader penggerak NU antikorupsi angkatan 1 ini,” jelasnya.

Beberapa narasumber yang dilibatkan antara lain Pakar Ekonomi UGM Rimawan Pradiptyo,Pakar Hukum Pidana UI Ganjar Laksmana Bonaprapta, Pegiat Antikorupsi Alissa Qotrunada Munawaroh, dan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan.

Sumber https://nasional.sindonews.com/read/1398584/13/gandeng-pbnu-kpk-gelar-pesantren-kader-penggerak-nu-antikorupsi-1556110554

Kapolsek Argomulyo Hadiri Pelantikan Pengurus MWC NU Kec. Argomulyo

Dalam rangka menjaga situasi kamtibmas aman dan kondusif, meningkatkan sinergitas kemitraan, Kapolsek Argomulyo Polres Salatiga AKP Mochamad Zazid SH MH bersama Personil Piket Fungsi, menghadiri kegiatan Pelantikan Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Argomulyo di MAJELIS WAKIL CABANG ( MWC) NAHDHATUL ULAMA KEC ARGOMULYO Tahun 2018 – 2013 bertempat di Halaman Masjid Al Baiti Isep isep Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota Salatiga, pada Jumat tanggal 05/10/2018.

Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Syuriah PCNU Sonwani Ridwan, Kepala Kesbangpol, Agung, Pimpinan Ponpes Sunan Giri KH Muslimin, Lurah Cebongan Drs Sururi, Pengurus PCNU Kota Salatiga dan tamu undangan lebih kurang dua ratus orang.

Dalam sambutannya Ketua Panitia Zaenal menyampaikan terimaksih atas kehadiran dan peran sertanya seluruh yang hadir dalam kegiatan tersebut, selanjutnya kami sebagai Ketua panitia dalam rangka Pelantikan Pengurus Majelis Wakil Cabang NU Kec Argomulyo apabila ada kekurangan mohon maaf yang sebesar besarnya.

dalam memberikan tempat atau suguhan kurang berken kami mohon maaf sebesar besarnya. Kegiatan tersebut dihadiri dan disaksikan oleh segenap pengurus PWNU dan tamu undangan yang hadir dan diakhiri dengan Tausiah oleh KH Maghfur dari Petak Susukan Kab.Semarang.

Kapolres Salatiga AKBP Yimmy Kurniawan SIK MH MIK melalui Kapolsek Argomulyo menyampikan selamat atas Pelantikan Pengurus MWC NU Periode 2018 – 2023 Kecamatan Argomulyo, kedepan semoga silaturahmi dan sinergitas mampu dipertahankan dan ditingkatkan, khususnya menjelang Pemilu 2019 untuk bersama menjaga iklim politik dan kamtibmas tetap sejuk aman dan kondusif, tegas AKP Mochamad Zazid SH MH.

Sumber https://humas.polri.go.id/download/kapolsek-argomulyo-hadiri-pelantikan-pengurus-mwc-nu-kec-argomulyo/

(Humas Polres Salatiga Polda Jateng)

Berpulang, Ketua PC Lakpesdam NU Salatiga

Innalillaahi wa Inna Ilayhi Raaji’uun. Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Kota Salatiga, Mohammad Akbar meninggal dunia pada Selasa (6/2/18) pukul 04.00 di Rumah Sakit Puri Asih Salatiga. Akbar meninggal setelah sempat mengalami koma beberapa jam.

Di kalangan aktivis sosial, kiprah almarhum sangatlah terasa. Terutama dalam upaya menjaga kerukunan di kalangan umat beragama. Itu dilakukannya bersama dengan sejawatnya di lembaga Percik Salatiga selain PC Lakpesdam tentunya.

Akbar terlibat dalam pelbagai upaya untuk menjaga harmoni di Salatiga yang kerap digadang sebagai “Indonesia Mini.” Dalam sebuah diskusi yang digelar akhir tahun kemarin, Akbar mulai merasa bahwa Salatiga terasa agak sesak. “Ketika menjadi mahasiswa di tahun 1990-an saya merasa Salatiga itu sangat sejuk, tetapi akhir-akhir ini mulai ada perbedaan yang saya rasakan,” terangnya.

Ia tidak memungkiri kalau tantangan dalam menjaga kebhinekaan di Salatiga itu ada dan terus akan hadir dalam pelbagai bentuknya.

Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Agama UKSW Salatiga itu kemudian menginisiasi terbentuknya berbagai wadah berkumpulnya pemuka-pemuka agama muda dari kalangan lintas agama. Salah satu yang sangat aktif hingga sekarang adalah KITA Famili yang kepanjangan dari Komunitas-Forum Agamawan Muda Lintas Iman.

Mereka menggelar pelbagai kegiatan baik yang yang bersifat formal (diskusi, seminar dan lainnya) atau informal seperti mengunjungi dan mengenali rumah ibadah dan lain sebagainya. Akbar bisa disebut sebagai duta nahdliyyin Salatiga untuk menguatkan fondasi kerukunan masyarakat Salatiga yang multikultural tersebut.

Sekretaris Pengurus Wilayah Lakpesdam NU Jawa Tengah, Tedi Kholiludin turut menyampaikan belasungkawa dan duka yang mendalam. “Saya sangat kehilangan. Dalam beberapa bulan terakhir, saya dan beliau berkomunikasi dengan sangat intens. PW dan PC Lakpesdam Salatiga beberapa kali mengadakan kegiatan bersama. Akhir tahun lalu ada diskusi pembuka untuk rencana sebuah riset. Tetapi Allah memiliki rencana yang terbaik untuk Mas Akbar,” kata Tedi.

Sebagai pribadi yang memiliki minat kajian dan gerakan yang kurang lebih sama, ia dan Akbar sering  terlibat dalam forum bersama. “Saya dan Mas Akbar beberapa kali hadir dalam forum yang sama. Tak heran, karena kami memang memiliki minat isu yang sama. Bahkan studi untuk jurusan yang sama,” terang doktor kajian Sosiologi Agama tersebut.

Salah satu yang menonjol dari Akbar, menurut Tedi, adalah karena Akbar tak pernah lelah untuk belajar. Di usianya yang tak lagi muda, Akbar masih terus semangat mencari ilmu dan memutuskan untuk melanjutkan studi pascasarjana. [Salam/001] Sumberhttps://nujateng.com/2018/02/berpulang-ketua-pc-lakpesdam-nu-salatiga/

KH Zaenuri Kembali Pimpin PCNU Salatiga

SALATIGA – Konferensi Cabang (Konfercab) Pengurus Cabang NU Kota Salatiga di Pondok Pesantren Al Falah Grogol, Kecamatan Sidomukti, Minggu (28/10) sore, akhirnya memutuskan memilih kembali KH Zaenuri sebagai ketua Tanfidziyah PCNU Kota Salatiga Periode 2013-2018 dan KH Sonwasi sebagai Rois Syuriah.

Konfercab yang dihadiri Wawali Muh Haris dan dibuka oleh Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Muhammad Muzamil tersebut, juga membahas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini.

Muhammad Muzamil mengatakan PCNU Kota Salatiga harus mampu menyinkronkan program kegiatan sesuai dengan hasil Muktamar NU dan Konferensi Wilayah NU Jateng.

Program tersebut di antaranya penguatan kapasitas warga NU dan pengurus, agar berguna bagi masyarakat.

Lalu program peningkatan di bidang pendidikan, program dakwah, dan yang terpenting adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat.

”Kondisi ekonomi saat ini yang tidak menentu perlu penguatan ketahanan ekonomi masyarakat. NU harus berperan aktif di bidang tersebut,” kata Muzamil.

Menurutnya, pengurus PCNU Kota Salatiga yang terpilih harus mampu menjabarkan program-program tersebut.

Setelah terpilih kembali, KH Zaenuri mengungkapkan terima kasih atas kepercayaan kembali pada dirinya, memimpin PCNU Kota Salatiga.

Diakuinya tantangan sangat berat, tetapi demi NU, NKRI, dan Pancasila, Zaenuri menyatakan siap melaksanakan amanat yang diberikan kepadanya.

Sementara itu Ketua Pelaksaan Konfercab, KH Muslikh menjelaskan, konfercab tersebut juga membahas berbagai persoalan yang ada di masyarakat dalam sidang komisi.

Persoalan yang dibahas di antaranya, soal jual beli online dan traksaksi uang digital. Bagaimana fiqih menyikapi jual beli online?

Jual beli online dinyatakan sah apabila sebelum transaksi kedua belah pihak sudah melihat barang yang diperjualbelikan.

Telah dijelaskan baik sifat maupun jenis barang, serta memenuhi syarat dan rukun jual beli lainnya.

Kemudian menurut fiqih, status uang elektronik adalah alat transkasi yagn sah layaknya uang fisik, sebab berisikan nominal uang yang tersimpan pada lembaga keuangan yang menerbikan. (H2-61)

Sumber https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/139882/zaenuri-kembali-pimpin-pcnu-salatiga

PCNU Salatiga Safari Ziarah Makam Ulama

SALATIGA – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dan warga NU Kota Salatiga menggelar Safari Ziarah ke sejumlah makam ulama di beberapa tempat di Kota Salatiga, Rabu (1/5). Safari Ziarah tersebut dipimpin langsung Ketua PCNU Kota Salatiga, KH Zaenuri, dan diikuti sejumlah kiai. Setidaknya ada tujuh makam yang diziarah, yakni Makam Kauman, Makam Dipomenggalan Pulutan, Makam Hasan Maarif Kecandran, Makam Zahid Ngandong, Makam Mbah Jangkungan, Makam Mbah Munajat Tingkir Tengah, dan Makam Mbah Wahid Tingkir Lor.
Sekretaris PCNU Kota Salatiga Muslikh mengatakan, safari ziarah tersebut bertujuan untuk mendoakan tokoh muslim di Kota Salatiga, yang selama ini telah berjasa bagi perkembangan Islam dan NU. ”Kegiatan safari ziarah, merupakan pelaksanaan program PCNU Kota Salatiga,” kata Muslikh.
Safari ziarah merupakan tradisi rutin PCNU Kota Salatiga menyambut Ramadan. Kegiatan itu juga bertujuan sebagai ungkapan syukur atas kemenangan Capres Jokowi dan Ma’ruf Amin. Adapun kegiatan ziarah sesuai dengan rukun jam’iyah NU, di mana ada lima yakni syahadah, fiqroh, amaliyah, haroqah, dan siyasah. Ziarah tersebut merupakan pelaksanaan rukun ketiga yakni amaliyah. ”Puncak acara safari ziarah berlangsung di Makam Mbah Wahid, Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Salatiga. Setelah doa digelar syukuran dan bancaan atau makan bersama dipimpin KH Zaenuri dan KH Sonwasi Ridwan,” ungkap Muslikh.
Mbah Wahid diketahui merupakan sesepuh Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di makam tersebut, semasa masa hidup, Gus Dur dan sejumlah ulama kerap melakukan ziarah. Makam yang berada di daerah perbukitan tersebut, kerap dikunjungi warga untuk mendoakan almarhum. (H2-68)

Sumber https://suaramerdeka.news/pcnu-salatiga-safari-ziarah-makam-ulama/

5 Rekomendasi Munas Ulama NU: Soal Sebutan Kafir hingga Sampah Plastik

Banjar – Munas Alim Ulama dan Konbes NU telah ditutup. Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj membacakan lima poin rekomendasi saat acara penutupan.

Penutupan Munas Alim Ulama dan Konbes NU berlangsung di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Banjar, Jawa Barat, Jumat (1/3/2019). Rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan merupakan keputusan rapat pleno Munas Ulama NU, baik yang berkaitan dengan agama maupun organisasi.

Poin pertama yaitu istilah kafir tidak dikenal dalam sistem kewarganegaraan pada suatu negara dan bangsa. Maka setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata konstitusi. Maka yang ada adalah nonmuslim bukan kafir.

Said Aqil dalam sambutannya mengisahkan istilah kafir berlaku ketika Nabi Muhammad SAW di Makkah untuk menyebut orang yang menyembah berhala, tidak memiliki kitab suci dan agama yang benar.

“Tapi ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Tidak ada istilah kafir bagi warga Madinah. Ada tiga suku non muslim di Madinah, di sana disebut nonmuslim tidak disebut kafir,” ucap Said.

Kedua, Said menjelaskan, berdasarkan konstitusi tidak boleh ada lembaga yang mengeluarkan fatwa kecuali Mahkamah Agung. Sebab Indonesia bukan darul fatwa.

“Kalau ini hasil musyawarah ulama, bukan fatwa. Karena Indonesia bukan negara agama beda dengan negara Timur Tengah yang ada mufti. Namun sejurus dengan itu, tidak boleh ada warga negara Indonesia yang tidak beragama. Maka ada kementerian agama, tapi tidak ada darul fatwa,” ujar Said.

Ketiga, terkait dengan fatwa, oleh karena hanya institusi yang diberi mandat oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan, yang sah mengeluarkan fatwa, maka NU menegaskan tidak satu pun lembaga yang mengatasnamakan dirinya sebagai mufti.

Keempat, mengenai sampah plastik yang sudah jadi permasalahan dunia. Indonesia jadi negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik setelah China. Sampah plastik ini disebabkan oleh faktor industri dan rendahnya budaya masyarakat menyadari bahaya sampah plastik.

“Oleh karena itu penanganan sampah plastik harus memasukkan elemen budaya. Sehingga membangun secara panjang dan prilaku masyarakat terhadap pentingnya menghindarkan diri dari bahaya sampah plastik. Tadi malam juga agak alot orang melanggar hukumnya seperti apa. Kalau tahu sampah plastik dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan, mengganggu kesehatan, dimakan ikan lalu dimakan kita terganggu kesehatannya,” tutur Said.

Hasil Munas Ulama NU yang kelima adalah money game dengan sistem Multi Level Marketing (MLM) yang mengandung unsur manipulasi, tipu daya, tidak transparan, pihak yang dirugikan, syarat menyalahi prinsip akad Islam, bukan barang tapi bonus, maka hukumnya haram.

“Kalau memenuhi syarat normatif, transparan bonus selain barang maka dihalalkan, ada ulama yang menghalalkan dengan sampai 12 syarat,” terangnya.

Koordinator sidang Komisi Bahtsul Masail Waqiiyah LBM PBNU Asnawi Ridwan mengatakan dalam komisi Bahtsul Masail Waqiiyah, hukum membuang sampah sembarangan adalah haram apabila nyata-nyata atau diduga membayakan. Apabila kemungkinan kecil membahayakan maka hukumnya makruh.

“Hukum awal ketika tidak dikaitkan dengan Perda atau Undang-undang pertama haram apabila nyata-nyata atau diduga membahayakan. Makruh apabila kemungkinan kecil membahayakan. Jadi kami mendorong kepada pemerintah, tidak hanya Perda tapi undang-undang yang sifatnya nasional. Maka hukumnya menjadi haram kalau buang sampah sembarangan,” ujar Asnawi Ridwan.

Asnawi menjelaskan hasil komisi ini setuju pemerintah menerapkan sanksi kepada oknum yang membuang sampah sembarangan. Karena prinsip dasar syariat adalah menjaga hak azasi manusia secara umum.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-4449710/5-rekomendasi-munas-ulama-nu-soal-sebutan-kafir-hingga-sampah-plastik