KISAH HARU MBAH YAI SYAFA’AT DENGAN KYAI HAMID PASURUAN
Pernah suatu ketika saat saya berbincang-bincang dengan salah satu wali santri PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi warga asrama Al-Hikmah. Santri itu bernama kang Ilman. Saat itu tanpa sengaja karena terdapat sebuah masalah akhirnya kita berbincang-bincang panjang.
Tidak tahu bagaiman ceritanya wali santri tersebut berceritia banyak tentang pengalamannya saat mondok. Wali santri itu bukan Alumni Blokagung. Saya sudah lupa nama pondoknya, tapi sejauh yang saya ingat ia berkata pernah nyantri di pesantren Jakarta.
Dia bercerita banyak sekali tentang uswah-uswah para kiai dalam memberikan percontohan kepada para santri dan masyarakatnya. Terngiang-ngiang saat itu dia berkata kepada saya, “mungkin ini bisa dijadikan sedikit cerita hikmah yang bisa diambil manfaatnya, mas!.” Saya senang sekali mendengar hal itu. Karena saya merasa mendapat mutiara ilmu yang tiba-tiba datang sendiri kepada saya.
Setelah cukup lama wali santri asal jember itu bercerita tentang sosok kyai yang ia kenal di pondoknya, barulah kemudina ia bercerita tentang kisah KH. Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan. Saya keget saat dia berkata ada cerita tentang kiai yang sangat tidak asing lagi bagi saya, yakni KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur. Menarik sekali. Apalagi ada hubungannya dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal dengan kealiman, kezuhudan dan kewaliannya. Masya Allah. Saya benar-benar tidak sabar menunggu bagaimana ceritanya.
Bapak dari kang Ilman Santri Blokagung itu, menceritakan tentang Ketawadhu’an KH. Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur kepada KH. Abdul Hamid Pasuruan. Sempat bingung sih, kenapa dia bisa punya cerita Kyai Mukhtar Syafa’at dengan KH. Abdul Hamid Pasuruan? Tapi ternyata hal itu pun sedikit terjawab karena ternyata istrinya adalah santri dari KH. Abdul Hamid Pasuruan. Pantas saja dia punya cerita itu.
Begini Ceritanya:
Suatu hari ada sebuah halaqoh/perkumpulan yang mengundang kyai-kyi besar di Pasuruan. Termasuk yang hadir dalam perkumpulan itu adalah KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi dan KH. Abdul Hamid pasuruan.
Di tempat halaqoh tersebut, setelah banyak orang yang datang dan berkumpul, tibalah sosok kiai karismatik dari Pasuruan yang karib di panggil Kyai Hamid itu, langsung disambut dengan hormat oleh tuan rumah. Selang beberapa saat kemudian setelah Kiai Hamid menunggu di dalam, barulah menyusul sosok Kyai Blokagung yang oleh masyarakat dan santrinya karib dipanggil Mbah Yai, yakni KH. Muktar Syafa’at Abdul Ghofur.
Kedatangan Mbah Yai disambut sama dengan tamu-yang lain. Namun, ada satu tindakan yang tidak sama dilakukan oleh tamu-tamu yang lainnya, saat Mbah Yai ingin masuk dalam halaqoh tersebut, pandangannya tertuju pada sepasang sandal yang berada di antara ratusan sandal-sandal. Sepasang sandal itu terlihat menghadap lurus dengan tempat halaqoh yang berada di dalam. Mbah Yai tiba-tiba langsung mengambil sepasang sandal itu dan kemudian membaliknya dengan tujuan agar orang yang punya sandal tersebut bisa dengan mudah menggunakannya saat keluar. Dan Masya Allah, dari puluhan bahkan mungkin ratusan sandal yang ada disitu, ternyata yang diambil oleh Mbah Yai adalah sandal milik KH. Abdul Hamid Pasuruan.
***
“Kok
mbah yai bisa taahu..! Padahal Mbah Yai datang sudah terlambat. Dan
sandalnya Kyai Hamid sudah sangat sulit untuk ditentukan karena sudah
bercampur dengan ratusan sandal yang lainnya. Secara nalar ndak mungkin
bisa tahu ini sandal siapa. Kecuali mereka yang setiap hari bertemu
langsung dan paham dengan sandal Kiai Hamid. Dan lagi Mbah Yai datangnya
juga terlambat,” itulah kurang lebih bahasa yang disampaikan wali
santri kepada saya seraya meyakinkan ketidak masuk akalan kejadian itu.
“Inilah kehebatan Mbah Yai, la ya’riful waali illal waali, tidak ada seseorang yang tahu kewalian seseorang, kecuali seorang wali,” tandasnya mantap.
***
Namun
belum di sini kejadian tidak masuk akal itu terhenti. Tapi, di sinilah
kejadian yang lebih menakjubkan lagi yang sangat tidak masuk akal. Saat
kedua sandal Kiai Hamid selesai diputar berbalik arah oleh Mbah Yai,
tiba-tiba sepasang sandal itu bergerak memutar kembali dengan sendirinya
Ke arah semula. Masya Allah. Melihat kejadian itu, Mbah Yai dengan
cepat memutar sepasang sandal Kiai Hamid ke arah berlawanan dengan
membaliknya kembali dengan tujuan yang sama. Namun, kejadian serupa
terjadi lagi, yakni sandal Kiai Hamid yang sudah di balik oleh Mbah Yai
kembali berputar seperti semula. Dan hal itu terulang sampai 3 kali.
Terakhir saat Mbah Yai ingin membalik untuk yang keempat kalinya,
tiba-tiba keluar dengan bergegas dari dalam majlis sosok berwibawa yang
sekarang dikenal waliyullah yakni KH. Abdul Hamid. Tidak ada yang
memberi tahu apa yang dilakukan Mbah Yai di luar saat itu kepada Kiai
Hamid, karena Beliau sudah ada di dalam bersama para tamu yang lain.
Tapi, Kyai Hamid tiba-tiba datang dan langsung mencegah Mbah Yai yang
ingin membalikkan sandalnya seraya memegangi ke dua pundak Mbah Yai dan
memeluknya sambil berkata “ampon ngooooten kyai…ampon ngoooooten kyai”
seakan Kiai Hamid merasa malu menerima perlakuan Mbah Yai kepadanya. Dan
selanjutnya Kyai Hamid sendirilah yang mengantarkan Mbah yai masuk ke
dalam majlis itu.
SUBHANALLAH. Inilah uswatun hasanah ketadziman dan ketawadhu’an Mbah Yai kepada sosok alim yang dikenal waliyyullah itu, yakni KH. Abdul Hamid Pasuruan. Dengan kewalian dan segudang ilmunya, Mbah Yai masih tetap mengutamakan akhlaq kepada orang alim. Namun di sisi lain, saat melihat kejadian sandal yang tiba-tiba bergerak berbalik seperti semula, seakan sosok Kiai Hamid pun tidak merasa pantas untuk diperlakukan seperti itu oleh sosok kiai dari Banyuwangi yang sekarang dikenal dengan laqob Imam Ghozalinya Tanah Jawa, itu. Terbukti saat Mbah Yai ingin membalikkan sandal Kyai Hamid untuk yang ke 4 kalinya, dengan bergegas Kiai Hamid mencegah sendiri Mbah Yai dengan memegang pundaknya dan merangkulnya sambil berucap “ampon ngooooten kyai…ampon ngoooten kyai (jangan seperti itu kyai….jangan seperti itu kyai)” sampai dua kali, kemudian mengantarkannya masuk ke dalam halaqoh tersebut.
Masya Allah, indah sekali kejadian itu. Mudah-mudahan kita semua selalu mendapatkan limpahan berkah dari ke dua Waliyyullah tersebut KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi. Amin. Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin. Al-Fatihah! Sumber http://blokagung.net/10030/kisah-haru-mbah-yai-syafaat-dengan-kyai-hamid-pasuruan/
(Kisah ini diambil dari catatan Asngadi Rofiq)
Tinggalkan Balasan