Khutbah Jumat: Enam Adab Berpuasa Menurut Imam al-Ghazali
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ
وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم،
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Beberapa
hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan 1440 H. Pada bulan ini
umat Islam di seluruh dunia diwajibkan berpuasa sebagaimana umat-umat
sebelumnya. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanu wa’taála dalam surat Al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa.”
Ibadah puasa tidak hanya memiliki
ketentuan hukum yang menentukan sah tidaknya, tetapi juga memiliki adab
tertentu yang berpengaruh terhadap pahala yang diterima oleh seseorang.
Artinya adab berpuasa sangat penting untuk diperhatikan karena
menentukan kualitas ibadah ini di hadapan Allah subhanu wa’taála sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439), sebagai berikut:
آدَابُ
الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ، وَمُجَانَبَةُ
اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ
اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ
Artinya:
“Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari
perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak dusta,
tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan
buruk.”
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Keenam adab sebagaimana disebutkan di atas akan diuraikan satu per satu berikut ini:
Pertama,
mengonsumsi makanan yang baik. Selama berpuasa, khususnya di bulan
Ramadhan, makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik
atau halalan thayyiba. Makanan yang baik tidak identik dengan makanan
yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan yang baik bagi kesehatan
dan tentu saja juga halal secara syarí. Beberapa makanan dikenal sangat
lezat seperti cumi-cumi, rempelo, hati, otak dan sebagainya. Tetapi
semua makanan ini mengandung protein sangat tinggi yang dalam jangka
pendek atau panjang bisa merugikan kesehatan khususnya bagi mereka yang
telah mengidap kelesterol tinggi.
Beberapa
makanan yang baik kita konsumsi selama Ramadhan, disamping makanan pokok
seperti nasi atau lainnya, adalah kurma, madu, sayuran, daging, ikan,
dan lain sebagainya. Intinya adalah makanan yang secara kesehatan baik
untuk dikonsumsi dan juga halal secara syarí. Syukur-syukur makanan itu
ada tuntunannya di dalam agama baik berdasarkan Al-Qur’an atau hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti madu dan kurma sebagaimana telah disebutkan di atas.
Kedua,
menghindari perselisihan. Pertengkaran atau perselisihan bisa terjadi
kapan saja. Tetapi orang-orang berpuasa sangat dianjurkan menjaga
kesucian bulan Ramadhan dengan tidak melakukan pertengkaran. Untuk itu
diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari emosi yang dapat
menjurus pada pertengkaran. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah
yang dirawayatkan oleh Bukhari berikut ini:
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
Artinya:
“Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “
Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”
Jadi
ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di
atas adalah untuk menyatakan ketidak sanggupan kita untuk berselisih
atau bertengkar dengan pihak lain di bulan Ramadhan. Intinya kita
sangat dianjurkan untuk bisa menjaga perdamaian dan kerukunan bersama di
saat kita sedang berpuasa.
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Ketiga,
menjauhi ghibah/menggunjing orang lain. Menggunjing orang lain di luar
bulan Ramadhan saja tidak baik, apalagi selama puasa di bulan suci ini.
Tentu dosanya lebih besar dan dapat menghilangkan pahala berpuasa itu
sendiri. Oleh karena itu setiap orang yang berpuasa perlu menyadari hal
ini sehingga bisa bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya.
Lisan
memang merupakan salah satu organ manusia yang paling banyak
mendatangkan dosa apabila kita tidak berhati-hati. Artinya banyak dosa
yang diakibatkan ketidak mampuan kita menjaga lisan, seperti
menggunjing, memfitnah dan sebagainya. Semakin baik kita menjaga lisan,
semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan dengan hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai berikut:
سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ
Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”
Keempat,
menolak dusta. Menolak berkata dusta merupakan hal penting sebab sekali
berdusta kita akan cenderung berdusta lagi untuk menutupi dusta
sebelumnya. Di saat puasa, kita harus mampu menghindari berkata dusta
karena dusta dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala berpuasa.
Juga, kita harus mampu menahan diri dari melakukan sumpah palsu sebab
hal ini juga dapat merusak kualitas ibadah puasa kita. Tentu saja tidak
hanya kualitas ibadah puasa kita menjadi menurun akibat dusta dan
bersumpah palsu, tetapi juga kita akan mendapatkan dosa yang lebih
besar.
Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh At-Thabrani sebagai berikut:
فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ
Artinya:
“Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini,
kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
Jamaah Jumat hafidhakumullah,,
Kelima,
tidak menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain baik secara fisik
maupun secara verbal merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan
tercela berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa kita. Ibadah
puasa yang kita jalani dengan susah payah dengan menahan dahaga dan
lapar dari pagi dini hari hingga saat maghrib, akan sia-sia tanpa
pahala apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan
yang dapat menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain merupakan
kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan.
Oleh
karena itu, betapa pentingnya selalu mengingat bahwa di dalam bulan
Ramadhan kita benar-benar harus dapat menjaga lisan agar tidak
sekali-kali menggunakannya untuk menyakiti orang lain seperti memfitnah,
menghina dan lain sebagainya.
Keenam,
menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk. Di bulan
Ramadhan khususnya, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita agar tidak
kita gunakan untuk maksiat seperti memukul orang lain ataupun mencuri,
dan sebagainya. Kaki juga harus kita jaga sebaik mungkin dengan tidak
menggunakannya untuk pergi ke tempat-tempat tertentu untuk berbuat
maksiat dan sebagainya. Demikian pula mata dan telinga kita hendaklah
selalu kita jaga sebaik-baiknya agar tidak kita gunakan untuk melakukan
perbuatan maksiat yang dosanya dilipatkan dalam bulan suci ini.
Singkatnya,
jangan sampai kita berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain
haus dan dahaga saja karena banyak melanggar adab berpuasa sebagaiamana
dikhawatirkan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad sebagai berikut:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلاَّ اْلجُوْعُ وَاْلعَطَسُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun selain dari pada lapar dan dahaga.”
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala sehingga
ibadah puasa tahun ini akan dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya
tanpa melanggar ketentuan hukum dan adab berpuasa. Dengan cara ini
insya Allah puasa kita akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala dan mendapatkan ampunan-Nya yang sebesar-besarnya. Amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي
زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ
الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ
بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ
بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Ustadz Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Sumber https://www.nu.or.id/post/read/105594/khutbah-jumat-enam-adab-berpuasa-menurut-imam-al-ghazali
Tinggalkan Balasan