Yai Muwafiq dan Tantangan NU


Lebih dari satu dekade ini ada ancaman serius terhadap ideologi Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari paham-paham radikal dan ekstrimisme, karenanya NU sebagai salah satu Jam’iyah merasa ikut bertanggung jawab untuk berpartisipasi secara nyata menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa dengan tetap berkomitmen menjaga idiologi Negara.

Dalam tradisi di lingkungan NU maka ada istilah riyadlah atau tirakat, maka secara kolektif tirakat yang sedang dijalani oleh Jam’iyah NU saat ini adalah Istiqomah untuk menahan diri agar tidak terprovokasi atas segala bentuk fitnah, hoax dan beraneka ragam tindakan provokatif lain dari kelompok tertentu yang selalu menyerang martabat NU secara kelembagaan maupun terhadap para Masyayikh, Kyai, ulama, Dai maupun intelektual yang berafiliasi dengan Jam’iyah NU.

Riyadloh bagi orang NU adalah berusaha untuk tidak berprasangka buruk, Tahalli yaitu menghiasi diri dengan sifat mahmudah (terpuji) dan Tajalli yaitu harus terbuka mata hatinya menerima nikmat yang diberikan Allah SWT, karenanya ditengah moment terpaan fitnah, hoax, provokasi dan adu domba yang sedang gencar dilakukan kelompok ekstrimis maka bagi jam’iyah NU hal ini justru dijadikan bahan evaluasi untuk memperkokoh i’tiqad (keyakinan/paham) amaliyah, fikrah dan harakah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyyah.

Bagi nahdliyin dengan potensi ketakwaannya harus memahami bunyi ayat, “Apabila datang seorang fasik membawa berita maka kalian harus bertanggung.” Ayat 6 dari Surat al Hujurat tersebut menekankan pentingnya tabayun dalam arti meneliti informasi agar lebih tahu kebenarannya. Jika informasi tersebut salah maka jangan sekali-kali turut serta menyebarkannya. Kita bisa belajar dari konflik di belahan timur tengah, Libya, Yaman, dan Suriah yang menyebabkan hancur karena fitnah dan hoaks. Untuk itu bagi NU selain maju melawan hoax maka juga harus melawan gerakan radikal sebagian ikhtiar menjaga kelestarian Nusantara.

Yai Ahmad Mufawiq salah satu Kyai, mubaligh sekaligus Intelektual muda NU beliau bisa dibilang merupakan figur Kiai yang serba bisa, karena selain menyampaikan ceramah soal agama, dirinya juga sangat menguasai pengetahuan umum yang meliputi sejarah Indonesia maupun luar negeri, politik, ekonomi hingga sosial budaya, namun saat ini beliau tengah mengalami tekanan dari kelompok lain yang tidak sependapat dengan cara beliau menyampaikan dakwah, pemilihan diksi kalimat bahasa Arab “Romadun Syayidun” ditranslit dengan bahasa Jawa sehari hari “rembes” malah menjadi salah satu menu istimewa untuk digoreng habis habisan oleh kelompok lain yang salah satu tujuannya patut diduga adalah untuk mendeskriditkan dan mendelegitimasi beliau karena mereka tahu Yai Muwafiq sangat dicintai umat khususnya warga Nahdliyin, reaksi provokasi inilah yang ditunggu agar NU bereaksi mengikuti skema mereka tapi Alhamdulillah para Kyai NU tanggap suasana tersebut sehingga tetap tenang dan tidak terprovokasi hal ini semata mata adalah bagian akhlaq yang menjadi landasan Harokah NU.

Berbagai tekanan tidak menghalangi Yai Muwafiq untuk terus berdakwah, setelah memberi sirahaman rohani dihadapan ribuan jamaah di lapangan Pemda Kabupaten Badung, Propinsi Bali maka sehari kemudian Yai Muwafiq tetap melanjutkan dakwah di hadapan ribuan jemaah memadati halaman Pondok Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo, Sabtu (7/12/2019) saking banyaknya jamaah yang datang, Ponpes Al Muayyad tak cukup menampung jamaah, hingga meluber ke jalan jalan di sekitar Ponpes Al Muayyad.

Para Jamaah tampak khusyuk mengikuti setiap rangkaian acara yang berlangsung, mereka duduk diatas gelaran tikar dengan penuh antusias meski ditengah gerimis mereka rela bedesak desakan dengan hanya menyaksikan tausiyah Yai Muwafiq dihadapan dua layar besar yang disiapkan panitia, para jamaah ini sudah menyemut di Ponpes Al Muayyad mulai pukul 19.00 Wib dan mereka pun tetap sabar meski harus menunggu berjam-jam, karena Yai Muwafiq baru datang sekitar pukul 22.20 Wib.

Meski sebelumnya pihak panitia dibayang-bayangi dengan aksi demo sekelompok ormas yang sehari sebelum acara digelar, sekelompok ormas menggelar demo di depan Polresta Solo dan sempat terjadi insiden bentrok namun pengajian tetap berlangsung secara aman damai dan penuh barokah.

Sebagai antisipasi pihak kepolisian dan TNI yang ada di Solo sudah mensiagakan sekurangnya 1.000 personel gabungan, untuk mengamankan acara dibantu sahabat sahabat Banser, Pagar Nusa maupun ormas lain yang antusias dan bersolidaritas ikut merasa bertanggung jawab mengamankan acara tersebut.

Pengajian di Ponpes Al Muayad Solo selain dihadiri ribuan jamaah juga dihadiri pula oleh para Masyayikh, Kyai dan tokoh tokoh NU, karenanya pengajian malam itu menjadi pengajian yang istimewa dan penuh mabruk sekaligus sebagai catatan bagi NU untuk memperteguh khitoh perjuangan.

Solo, 7/12/19 Sofyan Mohammad (ketua LPBHNU Salatiga)

Tinggalkan Balasan