Daily Archives: Desember 17, 2021

Call for PAPERS

LAKPESDAM PCNU Salatiga mengundang para peneliti, akademisi, dan praktisi untuk mengirimkan karya tulis terbaik dalam Call for PAPERS Journal of Nahdlatul Ulama Studies

Theme : “NU and NKRI”

Deadline for Submission 30 April 2022

Submit your article to : lakpesdamsalatiga@gmail.com

More info : Ahmad Faidy (087866153252)

Lakpesdam PCNU Kota Salatiga Bedah Kiat Tembus Jurnal Internasional

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Salatiga, Jawa Tengah menggelar Halaqah Diniyyah Ilmiyyah Amaliyyah bertajuk Kiat Tembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional Bereputasi. Berlangsung secara daring, halaqah ini dilaksanakan Rabu (22/9/2021.

Acara ini merupakan program Lakpesdam NU Kota Salatiga yang memiliki concern terhadap tradisi ilmiah akademik terutama bagi para kader NU yang ada di perguruan tinggi. Seratus orang lebih mengikuti acara tersebut. Mereka adalah para akademisi, kiai dan cendekiawan kader NU dari seluruh Indonesia.   Hadir sebagai pembicara, adalah Yasir Alimi, Ph.D., dosen Sosiologi UNNES Semarang sekaligus reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies. Adapun pembicara kedua adalah M. Mustaqim, Managing Editor Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) dari IAIN Kudus.

Lakpesdam NU Kota Salatiga menginisiasi Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS) selama dua tahun terakhir dan sudah menerbitkan empat edisi jurnal ilmiah. Ini menjadikan keunikan sekaligus fokus dari program Lakpesdam NU Salatiga. 

“Lakpesdam NU Kota Salatiga memberi kesempatan bagi seluruh akademisi yang memiliki minat besar membicarakan Nahdlatul Ulama secara akademis, untuk menuangkan pemikirannya lewat JNUS. Ini merupakan distingsi dan fokus dari Lakpesdam NU Salatiga,” kata Dr. Ilyya Muhsin dalam sambutannya.   Dr. Ilyya Muhsin menekankan bahwa ini merupakan mimpi besar untuk menggali potensi dan memberi ruang bagi para kader NU untuk meniti kerier di bidang akademik. Lebih jauh lagi, untuk mendorong tradisi akademik dalam mengkaji NU melalui penelitian ilmiah.   Inisiatif pengembangan jurnal ilmiah yang menjadi fokus Lakpesdam NU Salatiga diapresiasi oleh M. Mustaqim selaku narasumber yang berpengalaman mengelola Jurnal QIJIS yang telah mencapai indeks Scopus Q1. 

“Saya awalnya agak kaget, karena JNUS ini sangat spesifik, yaitu tentang Nahdlatul Ulama. Jurnal yang spesifik ini kelebihannya dia akan bagus secara kualitas jurnal. Dilihat dari akreditasi SINTA, semakin spesifik itu semakin bagus. Dilihat dari Scopus, mereka sangat suka dengan jurnal yang spesifik,” kata M Mustaqim.   Mustaqim menekankan, bahwa jika jurnal ini dikelola dengan bagus maka menjadi peluang bagi kader NU untuk mengembangkan jurnal secara internasional. Meski demikian juga memiliki tantangan, yaitu kesediaan sumber daya penulis jurnal.

“Kalau NU tidak punya jurnal yang bagus, maka akan menjadi problem ketika kader-kadernya hendak meniti jenjang akademik. Sehingga saya optimis dengan adanya JNUS ini bisa menarik tim penilai indeks, di Scopus khususnya karena berani ambil tema yang sangat spesifik,” sambung Mustaqim.   Kiat-kiat menembus jurnal bereputasi Sementara itu, Yasir Alimi, Ph.D membagikan kiat-kiat praktis supaya artikel jurnal ilmiah bisa tembus ke jurnal bereputasi. Yasir Alimi menjelaskan empat alasan utama sebuah artikel jurnal gaagal menembus jurnal yang bereputasi. Pertama, ketika artikel tidak memiliki argument yang kuat.   Menurut Yasir, sebuah artikel bisa jadi memiliki argument, tetapi dituangkan di bagian akhir atau kesimpulan. Argumen seharusnya sudah dihadirkan di pendahuluan di awal.   Kedua, menurut Yasir Alimi, adalah kurangnya fokus artikel, atau ketika sebuah artikel dipenuhi terlalu banyak ide. Jurnal ilmiah berbeda dengan penelitian skripsi atau tesis yang mungkin memiliki beberapa tujuan. Adapun jurnal ilmiah, memiliki satu tujuan utama dan spesifik sebagaimana teringkas dalam judul.   Alasan ketiga tidak tembusnya artikel di jurnal bereputasi, adalah ketika jurnal tidak mendiskusikan implikasi konseptual, metodologis dan praktis dari temuan yang ada. “Artikel hanya akan berisi tumpukan data yang tidak berbicara, jika tidak dirangkai secara konseptual, metodologis, dan praktis,” Yasir menekankan.   Alasan terakhir, adalah ketika jurnal tidak ditulis secara ilmiah. Hal ini dalam artian tidak mengutip secara memadai dari rujukan karya yang ada sebelumnya. “Mungkin kita mengutip, tetapi tidak dari hasil penelitian sebelumnya. Jika ini terjadi, maka sebuah artikel bisa ditolak karena dianggap belum melibatkan penelitian terbaru.”

Masih menurut Yasir, artikel Jurnal adalah sebagai pencatat ilmu pengetahuan. Kalau buku secara umum bisa saja bukan hasil penelitian ilmiah. Sementara artikel jurnal, adalah hasil penelitian. Dengan demikian, universitas selalu memburu dosen untuk menulis artikel jurnal.    Acara ini merupakan seri pertama dari rangkaian Halaqah Ilmiyyah yang diselenggarakan oleh Lakpesdam NU Salatiga. Ke depannya, halaqah ini akan menyajikan kajian ilmiah yang akan diselenggarakan secara rutin sebagai pendorong tradisi keilmuan warga NU di mana saja, khususnya para kader di Kota Salatiga. 

Lakpesdam PCNU Kota Salatiga Gandeng Perkumpulan Kader Bangsa Diskusikan Realitas Gerakan Kepemudaan Indonesia

Salatiga, Lakpesdam NU Kota Salatiga menggelar diskusi menyoroti realitas gerakan kepemudaan Indonesia saat ini. Diskusi menggandeng Perkumpulan Kader Bangsa yang berkonsentrasi di isu kepemudaan, diskusi ini merupakan bentuk kolaborasi positif antar kedua lembaga dalam menyoroti situasi gerakan kepemudaan di Indonesia terkini. Diskusi ini dilaksanakan di Salatiga pada Rabu (31/3).

Ketua PCNU Salatiga, KH Zainuri menyambut baik kolaborasi positif ini. “Kolaborasi ini tidak hanya sebatas forum diskusi atau brainstorming, tapi ada agenda lanjutan yang menyentuh persoalan generasi muda ke depannya. Mengumpulkan generasi muda saat ini untuk bergerak tidak gampang, karena mereka memilih tinggal di rumah saja dan asyik bermain dengan teknologi,” katanya.   Dimas Okky Nugroho, koordinator Perkumpulan Kader Bangsa, mengemukakan alasan Kota Salatiga terpilih sebagai lokasi kolaborasi positif ini. Menurutnya, Kota Salatiga mempunyai jejak cukup panjang dalam memunculkan aktor-aktor gerakan kepemudaan di masanya.

Salatiga adalah salah satu fabrikasi movement kepemudaan yang prolifik pada zamannya. Ada angkatan seperti MM Billah, Matori Abdul Djalil, Arief Budiman, George Aditjondro, sampai Ariel Heryanto yang banyak berperan di masa Orde Baru yang menjadi motor anak-anak muda,” katanya. Dimas Oky Nugraha menekankan bahwa ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama memiliki karakter yang otentik dalam pembangunan bangsa, sekalipun negara kadang tidak hadir mendukungnya.   “Nahdlatul Ulama dan ormas keagamaan lain seperti Muhammadiyah ini unik, karena menjadi pilar otentik negara, yang mampu memainkan peran balancing. Mereka mengimbangi peran negara, sekaligus menjalankan kepemimpinan masyarakat akar rumput, sekalipun negara tidak hadir. Seperti gerakan gereja juga, yang sudah menggembala bahkan sebelum Indonesia lahir,” ujarnya.

Melengkapi paparan Dimas Oky, Ilyya Muhsin Ketua Lakpesdam NU Salatiga, menyoroti aspek radikalisasi dan ekstremisme beragama sebagai ancaman bagi ruang gerakan kepemudaan di Indonesia saat ini.  Ilyya Muhsin yang memiliki pengalaman riset tentang radikalisme dan ekstremisme mengemukakan gaya beragama kepemudaan saat ini cenderung mengarah ke tekstualis. Gaya beragama ini didukung oleh disrupsi media baru dan tren praktik agama yang makin mengeras. Pemahaman semacam ini lahir dari kecenderungan pemahaman tekstualis dari pemahaman atau doktrin keagamaan tertentu yang mengabaikan sosio-historis untuk justifikasi kepada kelompok lain.

Oleh karenanya, menurut Ilyya, tingkat gerakan kepemudaan–terutama Muslim–harus dibanjiri oleh kelompok gerakan yang berkomitmen terhadap kebangsaan dan Islam moderat. Harapannya ruang ini didorong oleh ormas Islam moderat, terutama Nahdlatul Ulama. “Jika mahasiswa dan pemuda di kampus ternama yang calon pemimpin bangsa banyak terpapar ideologi ekstrem dan trans-nasional maka bagaimana masa depan Indonesia di tangan mereka? Karena gerakan pemuda yang bersifat trans-nasional bergerak lebih massif dibandingkan gerakan pemuda dari kalangan Islam modera,” demikian Ilyya Muhsin menekankan. Hal yang perlu diperhatikan, organisasi turunan transnasional ini tidak kalah agresifnya dalam usaha rekrutmen pemuda di kalangan mahasiswa perguruan tinggi. Ada beberapa pintu masuk gerakan radikal-ekstrem di ruang perguruan tinggi, seperti dari aspek kader mahasiswa, kurikulum, Lembaga Dakwah Kampus, dan penguasaan atas masjid. Sehingga penguatan kader pemuda di ruang ini perlu ditingkatkan. Ilyya mengungkapkan, gerakan pemuda islam moderat diharapkan bergerak aktif untuk mengisi ruang-ruang tersebut. “Gerakan mahasiswa Islam moderat tidak perlu terlalu liberal dalam pendekatannya supaya mampu jadi balancing. Ruang-ruang ini seringkali diabaikan oleh gerakan mahasiswa dari Islam moderat yang sedang semangat memakai pendekatan liberal,” jelas Ilyya Muhsin.