Monthly Archives: September 2022
Lakpesdam NU Salatiga Kembangkan Jurnal NU Studies, Gus Ulil: Bisa Masuk Sinta 1
SALATIGA, Penelitian dan kajian ilmiah tentang ke-NU-an dapat dikatakan masih minim dan jarang dilakukan. Hal demikian menyebabkan promosi nilai-nilai ke-NU-an belum bisa berbicara banyak di mimbar-mimbar akademik, baik nasional maupun internasional.
Hal itulah yang memotivasi pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Salatiga untuk merintis sebuah jurnal ilmiah yang diberi nama: Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS).
Dikutip dari laman website http://jnus.lakpesdamsalatiga.or.id, JNUS memiliki edisi terbitan dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Januari dan Juli.
“Fokus dan scope JNUS memuat semua tema yang berkaitan dengan NU. NU itu sendiri bisa diprotret dari berbagai perspektif, diantaranya hukum, fiqh, sejarah, politik, budaya, pendidikan, ideologi, pesantren, komunikasi, ekonomi dan disiplin ilmu lainnya. Selain itu, juga tentang kajian pemikiran tokoh NU dan perspektif lain yang terkait dengan NU,” ungkap Dr. Ilyya Muhsin, M.Si. selaku Ketua Lakpesdam NU Salatiga.
Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini juga menuturkan, “Saat ini JNUS telah menerbitkan lima edisi sejak tahun tahun 2020. Kami siap menerima artikel ilmiah hasil karya dari para kyai, ulama, dan warga Nahdliyin seluruh Indonesia bahkan dari PCINU (Pengurus Cabang Istimewa NU) berbagai negara,” tandas Ilyya.
Saat dikonfirmasi oleh Ahmad Faidi selaku Managing Editor JNUS, Gus Ulil Abshar Abdalla yang beberapa waktu lalu dilantik sebagai Ketua Umum Lakpesdam PBNU menyambut baik pengembangan intelektual melalui jurnal yang dilakukan oleh Lakpesdam NU Salatiga. Lewat sambungan whatsapp, Gus Ulil menyampaikan, “Saya senang, Lakpesdam NU Salatiga mengembangkan kekhususan di bidang jurnal ilmiah. Diperkuat di sana, dan ditingkatkan lagi sehingga pelan-pelan bisa masuk Sinta 1 suatu saat,” harap Gus Ulil.
“Beberapa waktu yang lalu, Lakpesdam NU Salatiga mendapatkan penghargaan Lakpesdam Award dari Lakpesdam PBNU berkat keberhasilannya merintis dan mengembangkan Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS) sebagai sarana publikasi gagasan dan kajian seputar NU. Dan Alhamdulillah saat ini kami mendapatkan apresiasi juga dari Gus Ulil. Hal ini memberikan motivasi tersendiri kepada kami untuk fokus mengembangkan JNUS,” terang Faidi.
“Saat ini JNUS sedang proses akreditasi SINTA, karena itu kami berharap do’a dan dukungan dari berbagai pihak demi kemajuan JNUS. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa kunjungan ke website kami, maupun dengan mengirimkan artikel ilmiah kepada kami,” pungkas Faidi.
Lakpesdam NU Salatiga Bagikan 4 Kiat Menembus Internasional
Akademisi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Yasir Alimi membagikan kiat-kiat praktis agar artikel jurnal ilmiah bisa tembus ke jurnal bereputasi. Ia menyampaikan hal ini dalam acara Halaqah Diniyyah Ilmiyyah Amaliyyah yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Salatiga pada Rabu (22/9) secara daring.
Menurutnya ada empat alasan utama sebuah artikel gagal menembus jurnal yang bereputasi. Menurut Yasir, hal pertama yang menjadi penyebab kegagalan tersebut adalah artikel tidak memiliki argumen yang kuat.
“Sebuah artikel bisa jadi memiliki argumen, tetapi dituangkan di bagian akhir atau kesimpulan. Argumen seharusnya sudah dihadirkan di pendahuluan di awal,” jelasnya dalam acara yang bertajuk Kiat Tembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional Bereputasi ini.
Ia melanjutkan, hal kedua yang menjadi penyebab kegagalan adalah kurangnya fokus artikel atau ketika sebuah artikel dipenuhi terlalu banyak ide.
“Jurnal ilmiah berbeda dengan penelitian skripsi atau tesis yang mungkin memiliki beberapa tujuan. Adapun jurnal ilmiah, memiliki satu tujuan utama dan spesifik sebagaimana teringkas dalam judul,” ungkap reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS) ini.
Alasan ketiga tidak tembusnya artikel di jurnal bereputasi adalah ketika jurnal tidak mendiskusikan implikasi konseptual, metodologis, dan praktis dari temuan yang ada. “Artikel hanya akan berisi tumpukan data yang tidak berbicara, jika tidak dirangkai secara konseptual, metodologis, dan praktis,” kata Yasir.
Alasan terakhir, adalah ketika jurnal tidak ditulis secara ilmiah. Hal ini dalam artian tidak mengutip secara memadai dari rujukan karya yang ada sebelumnya.
“Mungkin kita mengutip, tetapi tidak dari hasil penelitian sebelumnya. Jika ini terjadi, maka sebuah artikel bisa ditolak karena dianggap belum melibatkan penelitian terbaru,” bebernya.
Di akhir, Yasir mengutarakan bahwa artikel jurnal adalah sebagai pencatat ilmu pengetahuan. Kalau buku secara umum bisa saja bukan hasil penelitian ilmiah. “Sementara artikel jurnal, adalah hasil penelitian. Dengan demikian, universitas selalu memburu dosen untuk menulis artikel jurnal,” pungkasnya.
Hadir sebagai pembicara, Managing Editor Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) dari IAIN Kudus, M Mustaqim dan Dosen Sosiologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) sekaligus reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS), Yasir Alimi.