Lakpesdam NU Salatiga Bagikan 4 Kiat Menembus Internasional

Akademisi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Yasir Alimi membagikan kiat-kiat praktis agar artikel jurnal ilmiah bisa tembus ke jurnal bereputasi. Ia menyampaikan hal ini dalam acara Halaqah Diniyyah Ilmiyyah Amaliyyah yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Salatiga pada Rabu (22/9) secara daring.

Menurutnya ada empat alasan utama sebuah artikel gagal menembus jurnal yang bereputasi. Menurut Yasir, hal pertama yang menjadi penyebab kegagalan tersebut adalah artikel tidak memiliki argumen yang kuat.

“Sebuah artikel bisa jadi memiliki argumen, tetapi dituangkan di bagian akhir atau kesimpulan. Argumen seharusnya sudah dihadirkan di pendahuluan di awal,” jelasnya dalam acara yang bertajuk Kiat Tembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional Bereputasi ini.

Ia melanjutkan, hal kedua yang menjadi penyebab kegagalan adalah kurangnya fokus artikel atau ketika sebuah artikel dipenuhi terlalu banyak ide.

“Jurnal ilmiah berbeda dengan penelitian skripsi atau tesis yang mungkin memiliki beberapa tujuan. Adapun jurnal ilmiah, memiliki satu tujuan utama dan spesifik sebagaimana teringkas dalam judul,” ungkap reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS) ini.

Alasan ketiga tidak tembusnya artikel di jurnal bereputasi adalah ketika jurnal tidak mendiskusikan implikasi konseptual, metodologis, dan praktis dari temuan yang ada. “Artikel hanya akan berisi tumpukan data yang tidak berbicara, jika tidak dirangkai secara konseptual, metodologis, dan praktis,” kata Yasir.

Alasan terakhir, adalah ketika jurnal tidak ditulis secara ilmiah. Hal ini dalam artian tidak mengutip secara memadai dari rujukan karya yang ada sebelumnya.

“Mungkin kita mengutip, tetapi tidak dari hasil penelitian sebelumnya. Jika ini terjadi, maka sebuah artikel bisa ditolak karena dianggap belum melibatkan penelitian terbaru,” bebernya.

Di akhir, Yasir mengutarakan bahwa artikel jurnal adalah sebagai pencatat ilmu pengetahuan. Kalau buku secara umum bisa saja bukan hasil penelitian ilmiah. “Sementara artikel jurnal, adalah hasil penelitian. Dengan demikian, universitas selalu memburu dosen untuk menulis artikel jurnal,” pungkasnya.

Hadir sebagai pembicara, Managing Editor Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) dari IAIN Kudus, M Mustaqim dan Dosen Sosiologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) sekaligus reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS), Yasir Alimi.

Tinggalkan Balasan